Kominfo Minta Ortu Awasi Anak: PUBG Hanya Boleh Dimainkan 18 Tahun ke Atas!
Majelis Ulama Indonesia (MUI) saat ini sedang mengkaji fatwa haram untuk game PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG). Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan PUBG tidak boleh dimainkan anak di bawah umur.
"Berdasarkan PM Kominfo No 11 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik, PUBG masuk kategori games 18+, artinya hanya boleh dimainkan oleh orang brusia 18 tahun ke atas," kata Plt Kepala Biro Humas Kemkominfo RI Ferdinandus Setu saat dihubungi, Sabtu (23/3/2019).
"Berdasarkan PM Kominfo No 11 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik, PUBG masuk kategori games 18+, artinya hanya boleh dimainkan oleh orang brusia 18 tahun ke atas," kata Plt Kepala Biro Humas Kemkominfo RI Ferdinandus Setu saat dihubungi, Sabtu (23/3/2019).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri tahun 2018 secara resmi mengklasifikasikan gangguan kecanduan game sebagai penyakit kejiwaan. Keputusan tersebut dibuat setelah WHO melihat data dari berbagai wilayah dan masukan ahli tentang masalah serius kecanduan game.
Nah sekarang apa tanda-tanda seseorang sudah kecanduan misalnya game PUBG?
Menurut WHO tanda pertamanya adalah seseorang tidak bisa mengendalikan diri, memprioritaskan game di atas segalanya dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang kecanduan akan terus bermain game hingga pada titik menimbulkan konsekuensi negatif.
"Untuk mendiagnosis gangguan game ini pola perilaku harus cukup parah hingga memengaruhi kehidupan pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan, atau bidang penting lainnya yang terbukti sudah berlangsung setidaknya selama 12 bulan," tulis WHO.
Psikolog klinis Dr Kevin Gilliland memberi contoh sederhana seperti seseorang melewatkan tidur, makan, atau pekerjaan dan sekolahnya untuk bermain game.
Nah kalau kamu sendiri saat bermain game PUBG punya ciri-ciri seperti itu enggak?
Menurut WHO tanda pertamanya adalah seseorang tidak bisa mengendalikan diri, memprioritaskan game di atas segalanya dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang kecanduan akan terus bermain game hingga pada titik menimbulkan konsekuensi negatif.
"Untuk mendiagnosis gangguan game ini pola perilaku harus cukup parah hingga memengaruhi kehidupan pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan, atau bidang penting lainnya yang terbukti sudah berlangsung setidaknya selama 12 bulan," tulis WHO.
Psikolog klinis Dr Kevin Gilliland memberi contoh sederhana seperti seseorang melewatkan tidur, makan, atau pekerjaan dan sekolahnya untuk bermain game.
Nah kalau kamu sendiri saat bermain game PUBG punya ciri-ciri seperti itu enggak?
Cerita seorang ibu yang terkaget-kaget melihat tagihan game onlineanaknya viral di media sosial. Tak tanggung-tanggung, tagihannya mencapai Rp 11 juta!
Kekagetan ini diceritakan oleh Ririn, seorang ibu asal Kediri, Jawa Timur, sejak 5 April 2019. Cerita di Facebook itu lalu ramai dibagikan hingga lebih dari 2.800 kali. Cerita Ririn juga diunggah ulang di Twitter oleh netizen lain hingga mendapat 5.600 retweet.
Saat dihubungi, Ririn mengizinkan ceritanya ini dipublikasikan. Dia berharap pengalaman yang dialaminya bisa jadi pelajaran untuk orang tua.
Kekagetan ini diceritakan oleh Ririn, seorang ibu asal Kediri, Jawa Timur, sejak 5 April 2019. Cerita di Facebook itu lalu ramai dibagikan hingga lebih dari 2.800 kali. Cerita Ririn juga diunggah ulang di Twitter oleh netizen lain hingga mendapat 5.600 retweet.
Saat dihubungi, Ririn mengizinkan ceritanya ini dipublikasikan. Dia berharap pengalaman yang dialaminya bisa jadi pelajaran untuk orang tua.
Cerita seorang ibu yang terkaget-kaget melihat tagihan game onlineanaknya viral di media sosial. Tak tanggung-tanggung, tagihannya mencapai Rp 11 juta!
Kekagetan ini diceritakan oleh Ririn, seorang ibu asal Kediri, Jawa Timur, sejak 5 April 2019. Cerita di Facebook itu lalu ramai dibagikan hingga lebih dari 2.800 kali. Cerita Ririn juga diunggah ulang di Twitter oleh netizen lain hingga mendapat 5.600 retweet. Saat dihubungi, Ririn mengizinkan ceritanya ini dipublikasikan. Dia berharap pengalaman yang dialaminya bisa jadi pelajaran untuk orang tua.
Kekagetan ini diceritakan oleh Ririn, seorang ibu asal Kediri, Jawa Timur, sejak 5 April 2019. Cerita di Facebook itu lalu ramai dibagikan hingga lebih dari 2.800 kali. Cerita Ririn juga diunggah ulang di Twitter oleh netizen lain hingga mendapat 5.600 retweet. Saat dihubungi, Ririn mengizinkan ceritanya ini dipublikasikan. Dia berharap pengalaman yang dialaminya bisa jadi pelajaran untuk orang tua.
No comments:
Post a Comment